Info kuliner | warga Komplek perumahan di desa Natar VS Pandemik

warung Iban 



Martabak telur kw 

Sebuah komplek perumahan disebuah desa di Lampung Selatan mempunyai support system yang baik dalam hal jual beli kuliner. Awal pandemik beberapa warga yang sedari awal telah mempunyai toko kecil sangat terkena efek samping dari virus jahat itu. Salah satunya pengeluaran tetap berjalan, bahkan ekstra dari biasanya. Karena sebelum pandemik tidak ada pernah bermimpi untuk membeli masker sekali pakai, atau hand sanitizer. Apalagi kaum mama muda yang lebih memikirkan kebutuhan dapur, sayang kan! Kalau uang nya dibelikan benda sekali pakai. 

Nah, warga perumahan pesona Natar residen punya cara sendiri untuk melawan pandemik, saat masyarakat sangat kesulitan ekonomi ketika pemerintah menetapkan lockdown. Sejak terkena efek dari pandemik, akhirnya bersama-sama membuat group WhatsApp yang bertujuan untuk mengabarkan apa yang dijual, mereka siap mengantar sampai kerumah, dengan harga sangat bersaing. Salah satu nya adalah kedai Iban, yang buka pagi hingga malam. Kedai Iban sangat diminati warga komplek perumahan pesona Natar residen selain rasanya enak, harganya pun sesuai harapan lidah penikmatnya. 
Mie Tek Tek kedai Iban 

Uniknya lagi warga tak sungkan untuk memesan apapun selain makanan, tanpa ada batasan jumlah barang yang dibeli, tanpa minimal pesanan akan diantar sampai rumah. Disini warga akan sangat dimanjakan oleh penjual makanan atau warung sembako lain, betapa tidak seperti raja dan ratu yang hanya telpon, item yang kita perlukan akan datang segera. Criiiingg seperti sulap yaa kaaan. Hehehe 

Sebagai konsumen, saya sangat tersanjung. Katanya pembeli adalah raja. Di komplek ini saya benar-benar seperti raja/ratu dan tanpa ongkos kirim saya bisa makan pecel enak dan murah. Uhhh kapan lagi ... Dibalik itu ada pertanyaan yang sering saya ajukan kepada beberapa pedagang yang pernah saya pesan makanannya. Apakah mbak/ibu ndak rugi, mengantarkan pesanan satu bungkus saja tanpa ongkos kirim /tambahan biaya? Beberapa menjawab sangat tipis sekali untungnya. Tapi inilah solidnya warga komplek perumahan pesona Natar residen ini, dengan membeli satu sama lain dagangan tetangganya paling tidak mereka merasa terbantu meringankan keuangan selama pandemik. 

Beberapa pengalaman para pedagang juga unik-unik. Beberapa pedagang yang saya wawancarai, walaupun sudah semurah itu masih saja ada yang jual dengan harga bersaing. Akhirnya merugikan yang lain. Namun ini tidak selalu berlangsung lama, karena dalam berdagang yang enak, yang banyak, yang murah, yang akan bertahan lama. Saya pribadi menilai jika saya sudah mencoba satu masakan dan itu cocok dengan selera lidah saya, seperti apapun godaan pedagang lain akan tetap saya membeli yang sama. Jadi kita bisa belajar bahwa rezeki Tak akan tertukar. 

Menu yang ditawarkan para pedagang online di komplek ini sangat beragam dan semunya murah. Sebagai konsumen saya sangat senang menikmati apa yang saya beli. Murah, banyak, mengenyangkan. Sampai pandemik berakhir, sistem ini tetap berlaku justru jadi poin plus untuk beberapa pedagang. Selain mereka tak perlu menyiapkan tempat untuk dine in, pedagang juga tak perlu repot mengeluarkan modal banyak untuk membeli perlengkapan yang dibutuhkan. Namun ada kekurangannya, menurut salah satu pedagang keuntungan yang di dapat sangat tipis tidak sebanding dengan kerja yang terkadang masih diremehkan para konsumen. Misalnya uang kembalian, untuk para pedagang yang sadar untung dari hasil berjualan tidak lah banyak jadi uang kembalian 500 perak saja sangat berharga, apalagi kalau harus terpaksa pembeli harus berhutang. 

Baiklah, berdagang adalah pertukaran antara dua benda yang berharga. Pada zaman dahulu untuk mempunyai pakaian, mereka harus menukarkan sesuatu yang nilainnya sama dengan barang yang diinginkan (barter). Sekarang, dengan selembar kertas bernomor, bergambar ada benang emas saja sudah bisa membeli semua yang kita inginkan. Alat tukar ini adalah uang. Berdagang adalah kegiatan menukar uang dengan barang atau uang dengan jasa dan kedua belah pihak tidak ada yg dirugikan. 

Dalam blog ini tidak akan membahas lebih jauh mengenai hukum berdagang dalam agama ataupun hukum. Penulis mengangkat cerita ini karena keunikan sistem nya yang tetap bertahan meskipun pandemik berakhir. Semoga para pejuang keluarga selalu sehat dan diberkahi rezeki melimpah. Aamiin. 
Tahu isi ati ayam 

Pempek Lenggang 

Menu diatas adalah foto milik kedai Iban. Yang secara sukarela membagikan fotonya. Dan beberapa pedagang lain yang ingin namanya disamarkan juga terimakasih telah mengizinkan saya menulis di blog ini. Semua menu yang dijual di komplek ini sangat saya rekomendasikan. 

Terimakasih kepada pedagang yang telah menjadi inspirasi saya dalam menulis blog ini. 

bomboloni

geplak/ongol ongol / gemblong manis  

Author :  Sheila 

Komentar